TEMPO.CO, Jakarta -- Hong Kong membagikan total uang tunai senilai sekitar Rp 215 Triliun kepada sekitar tujuh juta warganya untuk membangun kembali perekonomian warga, yang merosot akibat pengaruh wabah virus Corona atau COVID-19.
Sekretaris Keuangan Negara, Paul Chan, mengatakan Hong Kong akan mengalami defisit anggaran pertamanya dalam 15 tahun karena kemerosotan di sektor ekonomi, yang dimulai pada kuartal ketiga 2019.
Situasi ini diperkirakan akan memburuk. Chan mengatakan defisit untuk tahun fiskal berikutnya hingga Maret 2021 diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi sekitar 4,8% dari Produk Domestik Bruto kota itu.
"Perekonomian Hong Kong sedang menghadapi tantangan besar tahun ini. Prospeknya masih sangat jauh," kata Chan seperti dilansir CNN pada Rabu, 26 Februari 2020.
Saat presentasi anggaran, Chan mengatakan ekonomi Hong Kong telah anjlok karena sejumlah hambatan yang terjadi pada 2019. Ini seperti terjadinya protes besar selama berbulan-bulan, perang dagang AS-Cina hingga perekonomian global yang melambat.
Ini membuat ekonomi Hong Kong turun 1.2 persen pada 2019, yang merupakan penurunan pertama sejak terjadinya krisis keuangan global.
Saat ini, Hong Kong juga harus menghadapi serangan akibat wabah Corona yang telah memukul hebat sektor perekonomian dan sentimen penduduknya, menurut Chan kepada Dewan Legislatif Hong Kong.
Chan menambahkan sebagian uang paket stimulus yang didistribusikan berasal dari dana khusus yang telah dipersiapkan untuk membantu kondisi ekonomi dan pekerja yang memburuk karena terdampak wabah virus Corona.
Selain pemberian cuma-cuma itu, pemerintah juga akan memangkas pajak penghasilan untuk sekitar dua juta masyarakat terkait dampak ekonomi akibat wabah virus Corona ini. Pemerintah juga berencana memberikan fasilitas bebas biaya sewa untuk masyarakat berpenghasilan rendah selama sebulan. Dan pemerintah Hong Kong juga menganggarkan untuk pemberian tunjangan satu kali kepada sekitar 200.000 rumah tangga yang kurang mampu.
SAFIRA ANDINI